MEDAN|SUMEKAR.ID – Di tengah dinamika politik dan tantangan kebangsaan yang terus berkembang, Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD GMNI) Sumatera Utara menggelar Seminar Kebangsaan bertema “Sosio-Demokrasi Sebagai Manifestasi Politik Kaum Muda Sumatera Utara Dalam Mewujudkan Cita-cita Kebangsaan”.
Kegiatan strategis ini dilaksanakan di Hotel Madani Medan, dan menghadirkan sejumlah tokoh muda, akademisi, aktivis, dan komunitas literasi untuk merumuskan arah perjuangan kaum muda dalam bingkai kebangsaan, 20/06/25.
Salah satu sosok yang turut berperan dalam menyukseskan seminar ini adalah Soeandi Malik Pratama, Ketua Ruang Baca Bambu Literasi Sumatera Utara, yang menekankan pentingnya sinergi antara gerakan literasi dan kesadaran politik sebagai fondasi utama dalam membangun karakter generasi muda yang berdaulat dan kritis.
“Kaum muda perlu melampaui politik seremonial dan masuk dalam ruang-ruang strategis kebudayaan dan pendidikan. Literasi adalah kunci pembebasan. Sosio-demokrasi mengajarkan kita bahwa perjuangan harus hadir dari akar rumput hingga ke kebijakan,” ujar Soeandi.
Lebih lanjut, Soeandi menambahkan bahwa literasi politik bukan hanya tentang memahami teks, tetapi juga tentang membaca realitas sosial dan bertindak untuk mengubahnya.
“Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dari sejarah yang sedang berjalan. Kaum muda harus menjadi penulis dan penggerak sejarah itu sendiri. Melalui literasi, kita membangun kesadaran. Melalui kesadaran, kita membangun gerakan. Dan melalui gerakan, kita wujudkan cita-cita bangsa,” tegasnya dengan penuh keyakinan.
Menurutnya, sosio-demokrasi merupakan jembatan antara idealisme pemuda dan kebutuhan riil masyarakat. Dalam dunia yang makin kompleks, lanjut Soeandi, hanya generasi muda yang sadar dan terdidiklah yang mampu menjaga roh kebangsaan dari arus pragmatisme dan hegemoni politik uang.

Sementara itu, Ketua DPD GMNI Sumatera Utara, Paulus Peringatan Gulo, menyampaikan pandangan inspiratif yang mengajak generasi muda untuk tidak apatis terhadap politik, tetapi justru menjadi motor penggerak perubahan sosial dan penjaga nilai-nilai kebangsaan.
“Sosio-demokrasi bukan sekadar konsep politik, tetapi cara berpikir dan bertindak. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap sistem yang menjauh dari kepentingan rakyat. GMNI hadir sebagai wadah ideologis dan praksis bagi anak muda agar terlibat aktif membangun bangsa dengan idealisme, bukan hanya ambisi,” tegas Paulus dalam pidatonya.
Ia juga menambahkan bahwa momentum seminar ini merupakan refleksi bersama atas kondisi bangsa, serta sebuah ajakan terbuka kepada seluruh elemen muda untuk kembali pada semangat kebangsaan yang progresif, berkepribadian, dan berpihak kepada rakyat kecil.
Seminar kebangsaan ini menjadi ruang strategis dalam membangun dialog kritis antara pemikiran politik dan aksi sosial. Para peserta terlibat aktif dalam diskusi mengenai tantangan demokrasi hari ini mulai dari isu ketimpangan sosial, krisis identitas kebangsaan, hingga urgensi membentuk kepemimpinan muda yang berkarakter dan berbasis nilai.
Acara ditutup dengan penegasan komitmen bersama bahwa kaum muda bukan hanya pewaris masa depan bangsa, melainkan pelaku utama dalam membentuk masa depan itu sendiri. DPD GMNI Sumut berkomitmen menjadikan agenda-agenda seperti ini sebagai bagian dari konsolidasi ideologi dan penguatan gerakan politik berbasis nilai-nilai nasionalisme yang membumi. (PR)