Ketika Petani Ikut-ikutan: Mencari Strategi Politik Ekonomi Untuk Mewujudkan “Batubara Bahagia”

OPINI|SUMEKAR.ID — Ketika Petani Ikut-ikutan: Mencari Strategi Politik Ekonomi Untuk Mewujudkan “Batubara Bahagia”

Masyarakat Batu Bara memiliki karakter kerja keras dan semangat gotong royong yang tinggi. Namun, dalam sektor pertanian, terdapat pola yang terus berulang: petani cenderung menanam jenis tanaman yang sama secara massal dalam satu periode tertentu.

banner 325x300

Jika harga sawit sedang tinggi, mayoritas petani beralih ke sawit. Ketika cabai menguntungkan, ladang-ladang berubah menjadi kebun cabai. Fenomena ini terjadi terus-menerus dengan berbagai komoditas seperti jagung, padi, dan palawija lainnya.

Masalahnya, ketika suatu komoditas ditanam secara berlebihan, hukum ekonomi berlaku—pasokan melimpah, harga jatuh, dan petani merugi. Akibatnya, bukan kesejahteraan yang meningkat, melainkan siklus ketidakpastian ekonomi yang terus terjadi.

BATUBARA BAHAGIA: SEBUAH HARAPAN BARU

Di tengah dinamika ini, visi dan misi Bupati Batu Bara yang baru, yaitu BATUBARA BAHAGIA (Bersih, Adil, Harmonis, Agamis, Inovatif, dan Aman), memberikan harapan baru bagi sektor pertanian dan ekonomi masyarakat.

Jika diterjemahkan dalam konteks pertanian dan ekonomi daerah, konsep ini dapat menjadi landasan dalam membangun kebijakan yang lebih strategis untuk menghindari jebakan ekonomi akibat tren pertanian yang tidak terencana.

Bagaimana visi BATUBARA BAHAGIA dapat membantu mengatasi masalah siklus pertanian yang tidak stabil ini?

1. BERSIH: Tata Kelola Pertanian yang Transparan dan Berkelanjutan

Pemerintah daerah harus mulai menerapkan tata kelola pertanian yang lebih baik, dengan menyediakan data dan informasi pasar yang transparan bagi petani. Dengan adanya sistem informasi harga dan tren pasar, petani tidak lagi menanam berdasarkan spekulasi, tetapi berdasarkan data yang valid. Selain itu, kebijakan pertanian yang lebih bersih dan berkelanjutan juga perlu diperkuat, misalnya melalui program diversifikasi pertanian dan pertanian ramah lingkungan.

Baca Juga:  Sinergi GMNI, BEM STIKES Nauli Husada, dan Ruang Baca Bambu: Membangun Kesadaran Sosial dan Pendidikan

2. ADIL: Kesetaraan Akses bagi Semua Petani

Sering kali, hanya petani dengan modal besar yang mampu bertahan dalam kondisi harga turun, sementara petani kecil mengalami kerugian besar. Pemerintah daerah harus memastikan distribusi bantuan, subsidi, dan akses pasar yang merata bagi seluruh petani, termasuk mereka yang ingin beralih ke tanaman alternatif atau sektor ekonomi lainnya.

Salah satu bentuk kebijakan yang bisa diterapkan adalah program subsidi benih dan pupuk yang tidak hanya berfokus pada satu komoditas tertentu, tetapi juga mendorong diversifikasi tanaman. Selain itu, program kemitraan dengan industri pengolahan hasil pertanian bisa menjadi solusi untuk meningkatkan daya saing petani kecil.

3. HARMONIS: Keseimbangan Antara Sektor Pertanian dan Industri

Batu Bara tidak hanya bergantung pada sektor pertanian, tetapi juga memiliki potensi besar dalam sektor industri dan perdagangan. Pemerintah daerah harus menciptakan keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor lain agar masyarakat tidak hanya bergantung pada satu sumber penghasilan.

Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan mengembangkan industri hilir berbasis pertanian. Misalnya, jika harga sawit turun, petani tidak hanya menjual tandan buah segar (TBS), tetapi bisa mendapatkan nilai tambah melalui industri pengolahan seperti minyak goreng atau produk turunan lainnya. Dengan cara ini, ekonomi masyarakat tidak sepenuhnya bergantung pada fluktuasi harga komoditas mentah.

4. AGAMIS: Nilai-Nilai Kejujuran dan Kemandirian dalam Ekonomi

Dalam perspektif Islam, kemandirian ekonomi dan tidak bergantung pada tren pasar semata merupakan bagian dari ajaran yang dianjurkan. Pemerintah daerah bisa menggandeng ulama dan tokoh agama untuk memberikan edukasi ekonomi berbasis nilai-nilai Islam, seperti prinsip keadilan dalam berdagang, kewajiban menyiapkan cadangan pangan, serta pentingnya diversifikasi usaha agar tidak terjebak dalam spekulasi pasar.

Baca Juga:  Peran Aktif Pemuda dalam Literasi: Arahan Muhammad Haryadi Nasution untuk Padang Sidempuan

Selain itu, pembentukan koperasi syariah atau program zakat produktif bagi petani bisa menjadi solusi konkret dalam membangun ekonomi yang lebih stabil dan berkeadilan.

5. INOVATIF: Mendorong Teknologi dan Diversifikasi Usaha

Salah satu kelemahan utama dalam pertanian Batu Bara adalah minimnya inovasi dalam pola tanam dan pemasaran. Pemerintah daerah bisa mengambil peran dalam mendorong penerapan teknologi pertanian modern dan diversifikasi usaha.

Misalnya, petani tidak hanya dituntut untuk menanam satu jenis tanaman, tetapi juga bisa mengembangkan model pertanian terpadu (integrated farming), seperti kombinasi pertanian dan peternakan, atau agroforestri yang menggabungkan tanaman perkebunan dan hortikultura dalam satu lahan. Selain itu, digitalisasi pertanian, seperti pemasaran produk secara online dan penggunaan aplikasi pemantauan harga pasar, bisa menjadi solusi agar petani lebih siap menghadapi perubahan ekonomi.

6. AMAN: Ketahanan Pangan dan Keamanan Ekonomi Masyarakat

Ketahanan pangan adalah aspek penting dalam ekonomi daerah. Jika masyarakat hanya mengandalkan satu komoditas, maka ketika harga turun atau terjadi gagal panen, mereka akan menghadapi kesulitan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu memastikan bahwa pertanian di Batu Bara tidak hanya berorientasi pada komoditas ekspor atau komoditas yang sedang tren, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan lokal.

Salah satu program yang bisa diterapkan adalah sistem pertanian berbasis komunitas, di mana petani didorong untuk memproduksi berbagai jenis tanaman pangan yang bisa menopang kebutuhan daerah, seperti beras, sayuran, dan buah-buahan.

Menutup Siklus “Ikut-Ikutan”, Membuka Jalan Menuju “BATUBARA BAHAGIA”

Fenomena petani yang cenderung mengikuti tren tanpa perencanaan yang matang telah menyebabkan ketidakpastian ekonomi di Batu Bara. Namun, dengan adanya kepemimpinan baru dan visi BATUBARA BAHAGIA, ada peluang besar untuk keluar dari siklus ini.

Baca Juga:  Mahasiswa KKN Institut Jam’iyah Muhammadiyah Langkat Gelar Bakti Sosial, Bagikan Sembako dan Pengobatan Gratis

Dengan pendekatan yang berbasis pada transparansi informasi, diversifikasi ekonomi, inovasi pertanian, dan kebijakan yang berkeadilan, perekonomian Batu Bara bisa menjadi lebih stabil dan berkelanjutan.

Kini, tantangannya ada pada pemerintah daerah: bagaimana menerjemahkan visi ini menjadi kebijakan konkret yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat? Jika program-program yang dirancang sesuai dengan kebutuhan riil petani dan pelaku ekonomi lokal, maka BATUBARA BAHAGIA bukan sekadar slogan, tetapi sebuah kenyataan yang bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Masyarakat Batu Bara tidak harus terus terjebak dalam siklus “ikut-ikutan” dalam bertani. Dengan kebijakan yang tepat dan keberanian untuk berinovasi, Batu Bara bisa menjadi daerah yang lebih mandiri secara ekonomi dan membawa kebahagiaan yang nyata bagi seluruh warganya.

Ilmuwan membantu membuka berbagai alternatif solusi dalam kebutuhan yang dihadapi umat manusia. Oleh karena itu, tulisan ini kiranya menjadi bagian dari hibah dan zakat pikiran bagi masyarakat Batu Bara yang berbudaya, sebagai sumbangsih pemikiran untuk menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Penulis: Marzuki Manurung, S.Sos., M.Sos. C.PE. (Dosen Filsafat dan Pemikiran Politik Islam Modern FUSI UIN Sumatera Utara Medan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *