TAPTENG|SUMEKAR.ID-Dalam suasana hangat dan penuh semangat, berbagai elemen muda dan komunitas lokal dari Sibolga dan Tapanuli Tengah berkumpul di Whoosh Café. Mereka bukan sekadar hadir untuk berdiskusi, tetapi untuk menyatukan langkah menuju kerja nyata di tengah masyarakat melalui kegiatan bertajuk “Konsolidasi Komunitas dan Lembaga dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat.”
Acara ini menjadi momentum penting bagi komunitas lokal untuk memperkuat jejaring, merumuskan gagasan bersama, serta menegaskan komitmen terhadap kerja-kerja sosial yang berakar dari kebutuhan masyarakat. Dihadiri oleh tokoh-tokoh muda yang aktif dalam gerakan sosial, kegiatan ini menyoroti pentingnya sinergi lintas organisasi demi menciptakan perubahan yang berkelanjutan, 18 April 2025.
Julianus Marcia Hia, calon Ketua GMNI Sibolga-Tapteng, membuka diskusi dengan penekanan pada urgensi gerakan yang membumi. “Kita tidak bisa hanya bicara teori. Masyarakat menunggu aksi nyata kita. Dari pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi – semua perlu sentuhan kita,” ujarnya. Julianus juga menekankan pentingnya kader-kader muda turun langsung ke lapangan, mendengar suara rakyat, dan memberikan solusi berbasis lokal.
Sementara itu, Antonius Zebua, calon Sekretaris GMNI Sibolga-Tapteng, menambahkan bahwa konsolidasi ini harus menghasilkan program nyata yang bisa dieksekusi bersama. “Kita ingin membangun sistem kerja bersama antar komunitas. Bukan hanya pertemuan sesaat, tapi kolaborasi jangka panjang yang konsisten hadir di tengah masyarakat,” tegas Antonius.
Kehadiran Soeandi Malik, Ketua Ruang Baca Bambu Literasi Sumatera Utara, memberikan dimensi yang lebih luas terhadap peran literasi dalam pengabdian. Ia menyampaikan bahwa literasi bukan hanya tentang buku, tapi juga tentang membangun kesadaran masyarakat terhadap hak-haknya, potensi lokal, dan kemampuan untuk mandiri. “Kami di Ruang Baca Bambu percaya, perubahan dimulai dari kemampuan membaca kondisi sekitar dan bertindak secara cerdas dan terorganisir,” ujarnya. Komunitas literasi juga siap membuka ruang baca keliling dan pelatihan keterampilan dasar di berbagai desa.
Boby Purnama Arianto Lase, tokoh muda GMNI, menutup diskusi dengan ajakan yang kuat untuk memperluas gerakan pengabdian dengan menjangkau komunitas akar rumput. Menurutnya, GMNI tidak boleh terjebak dalam rutinitas organisasi semata. “Sudah saatnya kita bergerak ke desa, ke pesisir, ke tempat-tempat yang jarang disentuh. Bangun pusat-pusat belajar, klinik rakyat, dan ruang diskusi rakyat kecil. Itu baru pengabdian yang sesungguhnya,” ucap Boby.
Dalam semangat memperkuat gerakan dan memperluas dampak sosial, forum ini juga membuka ruang pencarian dan penjaringan koordinator serta pimpinan komunitas dan lembaga yang akan menjadi motor penggerak di wilayah Sibolga-Tapteng. Kehadiran figur-figur muda yang penuh dedikasi dianggap sebagai aset penting dalam membangun struktur kepemimpinan yang progresif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Konsolidasi ini menjadi wadah awal untuk menjaring pemimpin komunitas yang tidak hanya aktif di tingkat wacana, tetapi juga siap memimpin program-program nyata di lapangan, baik dalam bidang literasi, pemberdayaan ekonomi, kesehatan masyarakat, hingga penguatan jaringan advokasi.
Dari diskusi ini lahir sejumlah gagasan konkrit: pembentukan forum komunitas aksi sosial Sibolga-Tapteng, program literasi berbasis kampung, pelatihan UMKM perempuan, serta kegiatan advokasi kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat terpencil. Komitmen bersama ini akan segera ditindaklanjuti dengan aksi lapangan yang dijadwalkan dalam beberapa bulan ke depan.
Para peserta sepakat bahwa kerja nyata adalah satu-satunya ukuran keberhasilan gerakan sosial. Tanpa turun langsung ke masyarakat, organisasi dan komunitas hanya akan menjadi ruang kosong tanpa makna. Oleh karena itu, kegiatan ini tidak hanya menjadi tempat bertukar ide, tetapi juga titik tolak untuk membangun gerakan sosial yang lebih terstruktur dan berdampak luas di Sibolga-Tapteng.
Konsolidasi ini menandai babak baru bagi komunitas-komunitas lokal untuk saling menopang dan mendorong perubahan sosial. Dengan semangat gotong royong dan tekad untuk mengabdi tanpa pamrih, mereka siap membuktikan bahwa kekuatan masyarakat terletak pada persatuan, kerja nyata, dan komitmen terhadap perubahan.(PR)