SUMEKAR|TAPTENG-Potensi besar pariwisata di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, terus digelorakan oleh tokoh muda inspiratif Dedi Rizki Simanullang. Pria yang dikenal luas sebagai pejuang pariwisata ini telah hampir satu dekade mengabdikan dirinya untuk mempromosikan kekayaan alam, sejarah, dan budaya Barus ke tingkat nasional hingga internasional.
Dengan tekad membangun kampung halamannya, Bang Dedi—sapaan akrabnya—berkomitmen memajukan pariwisata berbasis masyarakat dan lingkungan. Ia pun dikenal sebagai sociopreneur yang aktif menginisiasi berbagai gerakan dan program wisata lokal. Salah satu kiprahnya yang menonjol adalah saat membawa Desa Sitiris-tiris menjadi finalis di Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM), sebuah ajang bergengsi nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, minggu 11/05/25.
“Pembangunan pariwisata tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan sinergi antara pelaku wisata, pemuda, influencer, pemerintah daerah hingga masyarakat desa. Semuanya harus punya visi dan semangat yang sama,” ujar lulusan Universitas Negeri Medan ini.
Dukungan terhadap perjuangan Bang Dedi datang dari berbagai pihak, termasuk dari Soeandi Malik, Ketua komunitas literasi Ruang Baca Bambu. Ia menegaskan bahwa program-program yang telah dijalankan Dedi sangat bermanfaat dan selaras dengan semangat pembangunan berbasis masyarakat.
“Bang Dedi adalah contoh nyata bagaimana anak muda bisa membangun daerah dengan cara yang kreatif dan berdampak. Ruang Baca Bambu siap mendukung gerakan positif ini. Kita perlu lebih banyak pemuda seperti beliau,” tutur Soeandi.
Dengan potensi wisata bahari dan religi yang sangat kaya, Barus memiliki peluang besar menjadi destinasi unggulan di Sumatera Utara. Namun, seperti yang diungkap Bang Dedi, keberhasilan itu hanya bisa dicapai jika seluruh elemen daerah bersatu.
Kini, gaung kebangkitan pariwisata Tapanuli Tengah semakin kuat. Dengan kolaborasi para pemuda, komunitas, dan pemerintah, cita-cita menjadikan Barus sebagai ikon wisata nasional bukan lagi mimpi. Ini adalah momen bagi masyarakat untuk bersatu dan bergerak bersama, membangun pariwisata yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada nilai-nilai lokal.